
Jakarta –
Seberapa besar tekanan kepada kelemahan cadangan dana Country Garden Holdings akan menjadi konsentrasi banyak sekali pihak saat pengembang properti swasta paling besar di China itu akan melaporkan hasil kinerja semester pertamanya pada hari Rabu besok.
Tekanan likuiditas di perusahaan ini dipahami publik pada bulan ini sehabis perusahaan tersebut melalaikan pembayaran kupon sebesar dua dolar dan berupaya untuk memperpanjang pembayaran obligasi swasta dalam negeri, sehingga memperdalam cemas akan penularan di sektor properti Tiongkok yang sedang kesulitan, dan perekonomian yang lebih luas.
Total keharusan Country Garden meraih sekitar US$ 194 miliar atau Rp 2.900 triliun pada simpulan tahun 2022.
Country Garden juga sudah mencatat kerugian higienis sampai 55 miliar yuan atau US$ 7,55 miliar atau setara Rp 23,2 triliun dalam enam bulan pertama, penurunan yang mengagetkan dari kerugian sebesar 6,7 miliar yuan yang dicatat pada tahun kemudian pada paruh kedua tahun 2022 dan dari keuntungan higienis 1,9 miliar yuan yang dibukukan tahun sebelumnya.
Baca juga: Mega Proyek Rp 1.500 Triliun Malaysia yang Terancam Kaprikornus Kota Mati |
Seperti perusahaan lain di sektor yang sama, sudah mencatatkan kerugian imbas penurunan margin alasannya pemasaran properti dan nilai rumah itu sendiri anjlok akhir melambatnya perekonomian China.
Penjualan yang lebih rendah, ditambah dengan ketatnya kanal kepada pendanaan segar dalam bertahun-tahun terakhir, memperburuk tekanan kas perusahaan.