
Herni owner Rumput Laut Krispy khas Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran – Tak pernah terlintas di benak Herni Hernawati jika tajil rumput laut krispy buatannya akan menembus pasar internasional. Ibu rumah tangga asal Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, ini kini memproduksi tajil unik tersebut setiap hari, bahkan hingga diekspor ke Singapura.
Jenis rumput maritim yang digunakan Herni merupakan Ulva lactuca, sejenis rumput maritim hijau yang banyak didapatkan di Pantai Karapyak. Lokasi rumahnya yang tak jauh dari pantai tersebut menjadikannya gampang mendapat materi baku. Peluang ini sudah ia lihat sejak lama.
“Kan di Pantai Karapyak itu banyak sekali rumput laut, pada lazimnya dimasak mentahan. Waktu itu saya terpikir untuk mengolahnya secara berlawanan jadilah goreng rumput maritim krispy,” kata Herni terhadap detikJabar, belum usang ini.
Herni mengawali bisnisnya dengan prospek sanggup menolong memperbesar penghasilan keluarga. Namun, perjalanan mulanya tidak mudah. Ia sempat kesusahan mengenalkan produknya ke penduduk alasannya merupakan dianggap aneh dan kurang menarik.
“Awalnya mah sulit untuk dikenalkan, alasannya merupakan kan gres juga kan terlebih pedagang UMKM kecil menyerupai saya. Dulu dipersiapkan dahulu ke teman, kerabat dan teman-teman UMKM. Ternyata banyak yang suka,” katanya.
Di permulaan usaha, bungkus produknya pun masih sungguh sederhana, cuma dikemas plastik biasa. Namun, sehabis mengikuti pembinaan packing produk UMKM, Herni mulai memperbaiki performa kemasannya biar lebih menawan dan profesional. Kini, tampilannya sudah jauh lebih terbaru dan menjual.
Rumput maritim krispy buatan Herni hadir dalam aneka macam varian rasa menyerupai original, sapi panggang, jagung bakar, udang, kecombrang, pedas, dan original tasty. Menariknya, semua varian dijual dengan harga yang sama, yakni Rp 15.000 per bungkus.
Pemasaran Rumput Laut Krispy
![]() |
Herni menyampaikan penjualan rumput maritim krispi dipasarkan secara online dan offline, lewat media lazim dan marketplace. Selain itu, dititipkan di tempat buah tangan dan warung-warung UMKM Pesisir Pangandaran.
Menurut dia, tak cuma dicicipi warga lokal, rumput maritim krispi juga sudah ekspor ke luar daerah, diantaranya, Bali, Padang, Solo, Bandung, Tangerang, Lampung hingga Jakarta. Bahkan, sudah ada di toko terbaru dan minimarket.
Ekspor Rumput Laut Krispy Ke Singapura
Seiring waktu, kerja keras tajil rumput maritim krispi milik Herni Hernawati terus menampilkan kemajuan positif. Ia pun mengaku tak pernah menyangka produknya sanggup menembus pasar luar negeri, bahkan hingga ke Singapura. “Alhamdulillah kini sudah sanggup kirim ke Singapura, ke sana dipasarkannya di bazar-bazar hingga bandara,” ucapnya.
Namun, perjalanan untuk hingga ke titik ini bukanlah hal yang mudah. Herni mengakui bahwa merintis kerja keras rumput maritim krispi sarat tantangan. Meski terlihat tanpa kendala dari luar, banyak rintangan yang mesti ia hadapi.
“Ya kan salah satu umpamanya yang paling sulit itu mengenalkan produk dan meyakinkan bahwa ini enak. Sampai ikut beberapakali pameran setempat hingga di kota-kota besar,” katanya.
Sebagai pelaku UMKM, Herni juga menampilkan dirinya tidak gelagapan teknologi meski dianggap selaku emak-emak. Ia mempelajari aneka macam taktik penjualan secara otodidak, selain dari pelatihan-pelatihan yang ia ikuti.
Terkait omzet, Herni menyampaikan penghasilannya memang fluktuatif, tergantung usul pasar. “Kalau omzet itu sebulan sanggup Rp 15 juta masuk, belum tambah ongkos bikinan sama honor karyawan,” katanya.
Selain itu, pekerja yang menolong Herni mengolah rumput maritim merupakan warga setempat atau pun tetangga. “Alhamdulillah sanggup bantu juga warga sekitar berdaya,” ucapnya.
Nafkahi Keluarga hingga Sekolahkan Anak
Herni bercerita, dari kerja keras memasarkan rumput maritim krispi, ia sudah menjangkau banyak hal yang selama ini diimpikan. “Yang paling diharapkan siapapun niscaya ekonomi keluarga yang lancar. Alhamdulillah itu juga. Sekolahkan anak dengan tanpa kendala juga,” ucapnya.
Ia menambahkan, rasa syukur atas apa yang sudah diberikan Allah SWT senantiasa menjadi penguat dalam menjalani usaha. “Karena kalau dahulu saya mengalah dikala ada pandemi, mungkin tidak akan menyerupai ini,” katanya.
Ia menyampaikan dikala ini mempunyai dua anak, satu diantaranya sudah berumah tangga. “Yang bontot sedang menempuh pendidikan di Unsoed Purwokerto,” ucapnya.
Pembayaran Digital
Herni menyampaikan toko kecilnya selama berdagang menawarkan pembayaran digital dengan menggunakan QRIS. Bahkan, hampir semua transaksi sudah digital. “Kayanya kalo saya sudah usang pakai QRIS BRI. Hampir semua konsumen juga yang akan belanja langka banget bawa duit cash,” ucapnya.
Selain itu, untuk transaksi pengantaran ke luar kawasan pun menggunakan metode pembayaran digital atau transfer. “Ya transfer lewat rekening BRI. Pelanggan ekspor luar kawasan pun lewat transfer,” katanya.
Awal Modal Usaha
![]() |
Menurut Herni, sehabis merintis kerja keras jual rumput maritim krispi selama periode 2018 hingga 2020 sarat sekali drama. “Apalagi dikala pandemi sempat ingin berhenti, namun alasannya merupakan keadaan terus berlanjut dikit-dikit,” ucapnya.
Ia menyampaikan pertama berdiri lagi dan mulai berbagi kerja keras dengan memperbanyak bikinan itu tahun 2021. Waktu itu, Herni memberanikan diri untuk meminjam kredit kerja keras rakyat (KUR) ke Bank BRI. “Karena jumlah bikinan dikala itu diperbanyak, memberanikan diri untuk meminjam duit KUR BRI senilai Rp 30 juta,” ucapnya.
Menurut dia, duit itu digunakan untuk aneka macam kebutuhan alat, ongkos bikinan hingga pemasaran. “Namun alhamdulillah lunas dan balik modal,” ucapnya.
Sementara itu, Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi menyampaikan tahun 2024, total kredit yang disalurkan BRI meraih Rp1.354,64 triliun. Dari jumlah tersebut, 81,97% atau sekitar Rp1.110,37 triliun dialokasikan khusus untuk sektor UMKM. Dukungan ini diwujudkan lewat sinergi dalam Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Sejak dibentuk, Holding UMi sudah menampilkan layanan keuangan dan pemberdayaan terhadap 35,9 juta nasabah. Layanan ini diperkuat dengan 1.032 Sentra Layanan Ultra Mikro (SENYUM) yang tersebar di aneka macam wilayah di Indonesia, menentukan terusan keuangan lebih luas bagi pelaku kerja keras mikro.
“BRI tidak cuma menampilkan terusan permodalan, namun juga membangun ekosistem pemberdayaan UMKM yang berkelanjutan. Berbagai kegiatan sudah dihadirkan untuk mengembangkan kapasitas dan daya saing UMKM,” kata Sadmiadi.