Home / BursaDanValas / Perang Dagang Memanas, Trump Guncang Pasar Modal Dunia

Perang Dagang Memanas, Trump Guncang Pasar Modal Dunia

Trump kobarkan perang dagang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.Foto: (REUTERS/Nathan Howard)


Pasar modal global terguncang akibat kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, memicu ketegangan perdagangan internasional yang kian memanas. Pada Jumat (11/4/2025), bursa saham global dan harga minyak anjlok di tengah kegundahan China yang diprediksi akan kembali membalas dengan tarif lebih tinggi ke AS. Situasi ini menjadi titik awal dari apa yang banyak pihak sebut sebagai perang dagang global, yang berpotensi meluas dan memperdalam konflik ekonomi antarnegara.

Dikutip dari Reuters, penangguhan tarif Trump selama 90 hari menyulut rontoknya pasar global seiring dengan timbulnya kecemasan para pemimpin global. Namun, Gedung Putih terus berusaha mudah-mudahan pasar global tetap hening menghadapi keadaan tersebut.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada rapat kabinet bareng Trump mengatakan, lebih dari 75 negara ingin mengawali proses perundingan perdagangan. Ia mengatakan, Trump juga berharap adanya kesepakatan jual beli dengan China.

Bessent juga menargetkan perundingan sanggup tercapai dalam 90 hari ke depan. Sehingga, pasar global kembali stabil dengan kepastian kebijakan dunia.

“Kita lewat antrean dan meraih kesepakatan dengan negara-negara tersebut,” kata Bessent dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

Baca juga: Trump Belum Puas Hajar China! Kini Patok Tarif Impor 145%

Meski begitu, ketidakpastian yang terjadi dikala ini memperpanjang masa fluktuasi pasar. Bahkan menjadi yang terburuk sejak permulaan pandemi COVID-19.

Upaya Perundingan Perang Dagang dari AS

Sejalan dengan keadaan tersebut, indeks saham milik AS, S&P500 menutup jual beli yang terkoreksi 3,5% lebih rendah pada hari Kamis.

Sementara Nasdaq turun 4,3% dan Dow Jones Industrial Average (DJIA), turun 2,5%. Pelemahan itu juga terjadi pada harga minyak yang turun lebih dari 3%.

Kepala Multi-Asset Global Janus Henderson Adam Hetts mengatakan, ketidakpastian berbahaya bagi pasar saham sebagaimana yang terjadi pada indeks S&P500 turun sekitar 15%. Hal ini menghasilkan agresi jual higienis atau net sell mengalami pergeseran yang tidak teratur.

“Ini sudah berubah dari agresi jual yang tidak terorganisir menjadi agresi jual yang dibutuhkan kembali lebih terorganisir alasannya merupakan risiko resesi jauh, jauh lebih tinggi kini dibandingkan beberapa ahad yang lalu,” kata Adam sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

Sementara itu, AS dan Vietnam sepakat untuk mengawali obrolan jual beli formal setelah Bessent mengatakan dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc. Terkait hal tersebut, Donald Trump juga membuka ruang untuk AS menghasilkan kesepakatan dengan China.

“Saya percaya kita akan sanggup melakukan pekerjaan sama dengan baik. Sesungguhnya, ia sudah menjadi kawan saya sejak lama, dan saya pikir kita akan meraih sesuatu yang sungguh bagus bagi kedua negara,” jelasnya.

Baca juga: Xi Jinping Tak Gentar Digempur Trump, Sebut Perang Dagang Tak Ada Pemenang

Di tengah penangguhan tarif 90 hari terhadap puluhan negara, Trump justru memaksimalkan tarif impor ke China hingga 145%. China pun tak tinggal membisu dengan menerapkan tarif akhir 84%. China juga menolak ancaman dan pemerasan dari Washington dan berjanji akan menindaklanjutinya hingga tuntas jika AS bersikeras.

Juru bicara Kementerian Perdagangan He Yongqian mengatakan, pintu perundingan China masih terbuka untuk dialog. Namun, ia menekankan perundingan mesti menurut rasa saling menghormati.

Ancaman Resesi dan Respons Global

Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan terjadinya resesi sebesar 45% efek perang jualan dan penerapan tarif ke puluhan negara. Penghentian tarif AS juga tidak berlaku untuk bea masuk Kanada dan Meksiko, di mana tarif masih berlaku untuk fentanil sebesar 25%.

Uni Eropa juga menyampaikan akan membalas tarif Trump seandainya perundingan tidak berujung memuaskan. Uni Eropa sendiri akan tentukan tarif akhir sekitar 21 miliar euro untuk barang impor AS Selasa depan.

Saat ini, Uni Eropa masih menimbang-nimbang tarif kendaraan beroda empat AS dan pungutan 10% yang lebih luas yang masih berlaku. Hal ini juga memajukan kehati-hatian beberapa bankir sentral eropa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *